Salah satu gunung berapi yang berada di perbatasan Kabupaten Brebes,
Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, Provinsi
Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua
tertinggi di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru.
Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi
para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya.
Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV
Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama gunung Slamet
adalah relatif baru yaitu saat masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk
kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, J Noorduyn menuliskan bahwa
nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung.
Konon di Gunung ini terdapat area yang disebut Pasar Setan, namun tidak semua orang akan menemukan riuhnya pasar setan.
Hanya orang-orang tertentu yang oleh masyarakat dianggap hari sialnya,
dan dampak dari melihat itu konon orangnya akan sejenak kehilangan
kedaran, atau hilang dan yang paling tragis adalah meninggal dunia.
Terlepas dari mitos atau kepercayaan yang bergembang di masyarakat
sekitar, eksotisme pesona Gunung Slamet mempunyai sensasi pemandangan
tersendiri yang mampu menggoda ountuk terus dikunjungi.
Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp
Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur pendakian standar adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan
Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain adalah dari Batur Raden,
atau dari desa Gambuhan, desa Jurangmangu dan desa Gunungsari Kabupaten
Pemalang.
Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang
rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan
genangan air. Kepada pendaki sangat disarankan untuk membawa persediaan
air yang cukup dari bawah. Faktor lain adalah kabut. Kabut di Gunung
Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Tetapi Jika Anda melewati jalur bambangan, mungkin masalah air tidak
terlalu sulit. Memang para pendaki harus banyak membawa air dari bawah,
tetapi sesampainya di pos V atau tepatnya di pos Samhyang rangkah akan
terdapat sungai kecil yang letaknya tepat berada di bawah pos V.
Selain rute Bambangan,ada pula rute pendakian melewati Dukuhliwung. Dari
pos 1 sampai pos 5 yaitu puncak, membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Dan
ada mata air di pos 2 dan 3.
Atau bisa juga melakukan pendakian melalui obyek wisata permandian air
panas Guci, rute pendakian melalui Guci masih sangat terjal. namun
pemandangan di sepanjang rute ini lebih istimewa dibandingkan dengan
rute mana pun. Pemandangan alam di rute Guci masih sangat alami dan
masih sangat liar, berkesan jauh dari peradaban manusia.
Kedua rute ini dapat ditempuh melewati kota Tegal lalu ke selatan menuju
kota Slawi, melewati Lebaksiu, Yomani dan mulai memasuki dataran tinggi
Tuwel.
Salah satu objek wisata sekitar Gunung Slamet yang bisa Anda datangi,
selain mendaki ke Puncak, adalah Baturraden terletak di sebelah utara
kota Purwokerto tepat di lereng sebelah selatan.
Daerah wisata ini kerap kali didatangi oleh wisatawan pada hari libur.
Cuaca sejuk di kala siang dan dingin saat m,alam menjadi menu yang harus
Anda ‘terima’ jika berwisata di kawasan ini. Kondisi ini menyebabkan
banyak hotel dan vila didirikan di sini.
Baturraden dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun
umum. Jarak dari kota Purwokerto sekitar 15 km dan dapat ditempuh dalam
waktu 15 menit dengan lalu lintas yang tidak terlalu padat.
Apabila ingin menggunakan kendaraan umum, wisatawan dapat naik angkutan
kota dari terminal di Purwokerto dan turun di terminal lokawisata Batur
Raden. Jika ingin lebih praktis wisatawan dapat menggunakan taksi. Jika
memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya hati-hati
karena jalan yang menanjak dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Batur Raden tak hanya menyimpan panorama alam yang molek, tetapi juga
cerita rakyat tentang Raden Kamandaka, atau Lutung Kasarung yang cukup
akrab di masyarakat Indonesia.
Di samping, bagi pecinta alam terbuka disediakan camping ground yang
nyaman dan aman. Dan tanpa perlu khawatir akan kesulitan memperoleh
makanan, karena di area ini cukup banyak pedagang yang menjajakan sate
kelinci.
Obyek wisata lain yang bisa Anda kunjungi saat mendatangi kawasan Gunung
Slamet adalah Pancuran Pitu Batur Raden, yaitu Pemandian air panas yang
yang mengandung belerang. Dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
penyakit kulit. Terletak di sebelah atas Pancuran Telu.
Inilah sepenggal kisah perjalanan kami ke kawah gn.Slamet
Gunung Slamet merupakan salah satu gunung yang
menjadi tujuan ekspedisi para pendaki, baik dari wilayah setempat maupun
wilayah lainnya. Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung
.
Setelah rombongan kami dari PLN rayon Balapulang
berkumpul,Kami meluncur dari Guci Basecamp kami menuju Bambangan – Purbalingga
selepas maghrib.Diantar kendaraan pribadi temen kami dari Anggota KOMPAK
“komunitas Pecinta Alam Pekandangan” Mas BRO biasa kami memanggilnya,juga Mobil
kantor Dari MCB ON PLN rayon Balapulang..dan selepaqs shalat isya kami dan
rombongan Sampai di POS pendakian Bambangan.
Dengan wajah- wajah penuh semangat,Menjelang
pukul 08:30 malam, kami pun segera bergegas untuk keluar dan mengangkat tas
besar berisi logistik. Perjalanan pun dimulai dengan memanjatkan do'a kepada
sang Khalik, berharap selama perjalanan tak ada hambatan yang menyulitkan kami.
Senter dan lampu-lampu kecil menjadi penghias
membuka pendakian Gunung Slamet kali ini. Berat beban dan dinginnya suasana
malam yang mencekam. lika-liku jalan setapak dan Kepulan debu, menjadikan kami
sedikit melambatkan langkah kaki.
Sesekali kami pun harus menahan gerak kaki
sejenak, menghela nafas dan merenggangkan otot-otot kaki yang mulai tegang.
Gelapnya malam dan rimbunnya hutan liar, menjadikan perjalanan terpaksa
terhenti dan meluruskan kaki sejenak untuk kemudian meneruskan perjalanan.
Setelah Delapan jam kami melakukan perjalanan,
tiba saatnya menurunkan beban di pundak dan segera menggelar tenda kecil
sebagai atap dan alas tidur untuk melindungi diri dari dinginnya malam. Suara
burung-burung malam seakan menghampiri, menukik dan memanggil-manggil. Desiran
angin berhembus menggoyangkan tangkai, dahan dan dedaunan
Hutan mulai menyapa pagi, embun yang menetes dari
dedaunan menjadi selimut akan kehadiran senyum mentari pagi. Disini tiada
terdengar teriak kokok dari ayam Jantan. Yang ada hanyalah riung jeritan
binatang dari kejauhan. Ya, pagi itu kami harus segera sarapan pagi dan
melanjutkan pendakian. Telat sedikit kami melangkah, takan dapat bersua dengan
Sunrise yang menjadi incaran kami sejak dibawah
.
Keringat terkucur deras membasahi punggung yang
tertindih tas. Lelah tak kami rasakan, yang terbayang adalah suasana di puncak
Slamet. Berhenti dari satu pos ke pos selanjutnya. Berjalan melewati rute yang
sudah ada sejak lama adalah metode utama untuk dapat selamat dan segera
mencapai tujuan.
Sekitar pukul lima sore kami pun sampai di pos
Samyang Kendit, yaitu pos terakhir untuk melepaskan dahaga dan lelah. Ditempat
ini, segala peralatan di turunkan, karena hanya berjarak sekitar 50 meter lagi
menuju puncak. Kami terpaksa menunggu didalam tenda sampai jam Satu pagi, untuk
kemudian melanjutkan perjalaan menuju Pos Pelawangan, yaitu pos masuk kawasan
puncak Slamet dengan kemiringan sekitar 80 derajat. Disamping itu, jalannya pun
sudah bukan lagi tanah liat melainkan batu-batuan cadas
Pukul dua pagi, kaki yang masih terasa lelah
harus kami paksa melanjutkan pejalanan. Tajamnya kerikil-kerikil cadas belum
menyurutkan hasratku untuk segera singgah dan berteriak sepuas-sepuasnya
dipuncak
Akhirnya, pada pukul 05.30 pagi itu kami dapat
menancapkan bendera kebanggaan di puncak Slamet dengan ketinggian 3432 Mdpl. Gunung
Slamet ini memiliki 4 buah kawah aktif yang terletak di puncaknya, sehingga
dianjurkan untuk mendaki puncak sebelum pukul 10 pagi untuk menghindari adanya
gas beracun. Dari puncak dapat terlihat gunung-gunung lainnya di jawa tengah
seperti gunung Sumbing, Sindoro, merbabu, merapi bahkan kalau sedang cerah bisa
melihat gunung Lawu.
demikian sepenggal kisah kami bersama teman teman,dari KOMPAK dan PLN
rayon Balapulang…
No comments:
Post a Comment