Melintasi pantai utara,Limas belas tahun silam,….
tanganku terasa masih bergayut di laut kegelisahan…
Perjalanan masih ku anggap suci seperti masa kanak kanaku ,
Yang menyisakan kesedihan,
Ku cium harum Jakarta dengan kerinduan
Yang membusakan mimpi mimpiku
Ku gandeng tali tasku dengan menirukan
Deru kapal kapal di pelabuhan
Tiba tiba kudengar sayup doa ibuku di negeri seberang
Pelan dan perlahan lahan….
Seperti segenggam
cinta yang rebah dalam cuaca
Ibu kota yang
meradang….
Sampai di kota legenda,lima belas tahun silam,
Hatiku mestinya di isi puisi yang bersinar keemasan…
Air mata yang mengalir,menyuburkan daun daun jiwaku….
Ku kenang ibuku menembangkan do’a
Sambil mengupas helai demi helai daun jagung dan nyiutr
padi,,,,
Aku menyungsungkan pikiran dalam ombak pantai utara yang
mengucap
Selamat datang………
Meski masih ku dengar kawan sepermainanku membamgkitkan
kesunyian,
Menjadi sesuatu yang paling ungu dan paling mengharukan…
Sampai di kota legenda,lima belas tahun silam,
Aku membidik cahaya ibuku dari telaga paling sunyi
Tapi hatiku masih saja ter mangu dengan pertanyaan yang
sesak….
Jakarta …..
Aku harus membangun seribu piramida
Dari seribu harapan yang menggunung di pundak ku
Seperti kelak tuaku,terbang melintasi anak anaku…
Yang lebih sejuk dari air di telaga batinku…..
Abdoel munawar
No comments:
Post a Comment