Cerita ini berawal dari
pertemuan tanpa sengaja,,Di sebuah kereta api dengan seorang gadis yang amat
manis,”Lina Cristina”mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta
pusat.Memang Sejak Lulus dari bangku salah satu
SMK swasta di Jakarta,aku hanya bisa menikmati sebentar saja pekerjaan tetap di
salah satu yayasan di Jakarta,Setelah itu Aku menjadi kuli serabutan kerja proyek,jdi tukang parkir,bahkan
mengamen di kereta listrik JABODETABEK,,dan sering juga di ajak teman pasang
instalasi listrik di proyek” besar di ibukota,Dari pekerjaan serabutan itulah Aku
lebih mendalami instalasi listrik yang kebetulan memang menjadi keahlianku
sejak duduk di bangku sekolah.
Awalnya keakraban ku dengan “Lina ,Gadis kelahiran Cirebon, yang sementara
menetap Di bekasi bersama keluarga dan
berkuliah di Jakarta itu hanya sekedar teman, tumbuh menjadi hubungan
persahabatan dan akhirnya terjerat pada lingkaran cinta. Tapi memang dunia
sudah terbalik, dia yang menyatakan cinta lebih dulu padahal aku juga punya
perasaan itu. Dan aku menerimanya dan demikian pun dia menerima aku apa adanya.
Tak lama setelah gelar SE di sandangnya,dia mulai bekerja Di salah satu bank di wilayah kemayoran Jakarta pusat,Sementara aku masih tetap menjadi menjadi pekerja serabutan yang terus bermain dengan debu dan panasnya terik matahari,,Tapi Kami layaknya pasangan lain yang sedang dilanda mabuk asmara. Semua berjalan normal, hingga pada akhirnya, aku diminta menemui orang tuanya di Per.harapan Baru bekasi…
Tak lama setelah gelar SE di sandangnya,dia mulai bekerja Di salah satu bank di wilayah kemayoran Jakarta pusat,Sementara aku masih tetap menjadi menjadi pekerja serabutan yang terus bermain dengan debu dan panasnya terik matahari,,Tapi Kami layaknya pasangan lain yang sedang dilanda mabuk asmara. Semua berjalan normal, hingga pada akhirnya, aku diminta menemui orang tuanya di Per.harapan Baru bekasi…
Suatu hari aku berkunjung
kerumah Lina di HARAPAN BARU
bekasi,,Sambil terdiam aku menatap Rumah yang lumayan mewah dengan pelataran
sedikit luas dan di belakang garasi ada taman kecil tempat bersantai,,Lina
sangat senang menyambut kedatangan ku,,,Aku pun merasa senang lina tidak
berubah dengan sikapnya di luaran rumah saat bersamaku,,Lina masuk sebentar dan
kembali duduk di sampingku sambil berkata,”maaf mas ,Ayah minta Identitas Ktp
mas ,,Ada kan,?? Owh kebetulan aku punya photo copynya,,langsung aku ambil di
dompetku,dan lina kembali menemui ayahnya di dalam..Tak lama kedua Orang tua
Lina kelur Dari Ruang tengah,Tapi Tatapan lain terpancar dari wajah kedua orang
tua Lina,mereka menunjukan wajah yang sangat tidak senang dengan
kedatanganku,kami duduk bersama sama di ruang tamu ,Sambil membaca Photo Copy
Identitas penduduk miliku yang ber status buruh”Oh,Jadi kamu temannya Lina yang
Jadi Pengamen di kereta Itu,,Sapa Ayah Lina membuka pembicaraan waktu itu,,”Iya
Om,Tapi itu dulu waktu lina masih Kuliah,Sekarang Aku kerja Di proyek Instalasi
listrik Om,Jawabku Jujur….”Apa bedanya,pengamen ,Pengemis Dengan kuli” proyek
,Mereka sama pekerja dengan penghasilan yang rendah”,,Dengan Nada tinggi ,Ayah
lina Menimpaliku,,”Cukup Ayah,Dia Kesini BUkan untuk mendengar Hinaan dari
ayah,Aku yang minta dia untuk kesini,,Teriak Lina pada Ayahnya Sambil
menangis,….”Sudahlah Lin,Benar memang Apa yang di Katakan Ayahmu,,Aku memang
nggak pantas berada di sini,,Sela ku Menenangkan Lina,,..Dan Aku berterima
kasih Om sudah mau mempersilahkan Aku masuk,,Aku mohon diri om….Sambil bangkit
Dan berlalu keluar dari rumah tersebut,Aku tertunduk sambil menengok kea rah
Lina yang masih tetap menangis di bangku Dan menelungkupkan mukanya di atas
meja…
Dengan perasaan yang sangat malu
aku meninggalkan rumah Lina,Dan tak langung pulang ke rumah,aku memilih pergi
ke Stasiun berkumpul bersama teman teman ,Dengan iringan empat gitar dan Drum
mini teman temanku Dari FORKA “Forum Komunitas Kereta” St.bekasi.,Aku bernyanyi
sekeras deru kereta ,Agar tak terasa betapa perasaan malu yang teramat sangat atas ucapan yang aku dengar dari ayah
lina,,
Sejak kejadian hari itu,Aku
sengaja berangkat agak siang dari bekasi Agar sementara tak bertemu dengan lina
di kereta pukul 05.40 pagi,Seperti yang biasa Aku lalui berangkat bareng dengan
lina dari stasiun bekasi ke Jakarta,,,Tapi itu hanya beberapa hari saja karena
di suatu pagi Saat Aku Duduk di bangku peron
stasiun ,Entah Dari mana datangnya,dengan mata sembab, tiba tiba Lina
duduk Di sampingku sambil menangis.Aku menatap dalam “ wajah lina yang
bersandar di bahuku,”Maafkan aku mas,Mas masih marah yah Sama Lina,,??? Sambil
sesekali lina mengusap air matanya,,,Tak langsung menjawab pertanyaan dari
lina, Justru Aku Balik bertanya sama gadis yang masih terisak di
sampingku,,”kenapa kamu tidak berangkat Dengan kereta tadi pagi,Bukankah kamu
harus masuk kerja jam 07.30,,bagamana
dengan pekerjaanmu nanti??? “Jawab dulu pertanyaanku mas,kenapa sejak itu mas
nggak mau menemui aku,kenapa mas seolah olah menghindar dari aku,,???Mas nggak
tau beberapa hari ini aku merindukan mas,,,Tangis lina semakin menjadi,Lina tak
perduli dengan orang orang di sekelilingnya yang memperhatikan Dirinya..”Lin,Apa yang di
katakan ayahmu itu benar,Aku hanya
seorang pengamen,pekerja serabutan,yang nggak jelas dengan
penghasilan,Sementara kamu sudah Bekerja menjadi karyawan Bank,yang sudah jelas
jelas dapat gaji,Aku sadar ayah kamu nggak mau melihat anaknya hidup susah
dengan aku..,jawabku sambil memegang pundak lina.”Cukup mas,Aku nggak perduli
dengan Alasan ayahku,Aku mencintai mas tulus,,.Aku nggak perduli bahkan aku
rela berhenti dari pekerjaanku,bila perlu aku ikut mas kemanapun mas
pergi,,,Potong lina sambil terisak..”ya Sudah,Tpi Hentikan dulu tangismu,Percayalah
Aku juga mencintai kamu Lin,kalo memang tuhan memberikan jodoh pada hubungan
kita ,pasti kita akan bersatu..jawabku menenangkan lina..”lina memeluku Seolah
tak ingin berpisah denganku,Aku merasa lega setelah melihat senyum mengembang
dari bibir manis kekasihku, ,………Tak terasa Sudah pukul
08.30 Siang,Suasana Di stasiun bekasi Sedikit sepi ,karena hampir
semua Penumpang telah berangkat ke
Jakarta dengan jadwal kereta pagi yang mengantar mereka bekerja..Hari itu Aku
dan lina tak jadi berangkat bekerja, Lina Mengajakku ke Metropolitan Mall Di
bekasi barat,untuk sekedar melepas rasa kangen,karena Sejak aku menghindar darinya, lina merasa
benar benar kehilangan aku,,
Hari Sudah mulai
Sore,,Sebenarnya Lina masih ingin berlama lama di Taman Depan Mall bersamaku,”lin,Hari
sudah Sore kita Pulang yah,??Pintaku sama Lina,”Baiklah mas,Tapi mas Janji yah
ngantar Aku sampai di rumah,Sebenarnya Aku nggak ingin mengantar lina, sengaja
aku menstop Taksi biar lina aman pulang sendiri,tapi Lina memaksa,dan aku pun
tak tega akhirnya Aku mengantarnya Sampai ke rumah..Sesampainya di Rumah Lina di Harapan Baru ,Aku sengaja tak
turun dari dalam taksi dan melihat kekasihku masuk rumah hingga tak Nampak lagi
di balik pintu,,Dan sejak itu hubunganku dengan Lina kembali terjalin dengan
indah,hari hari aku lalui bersama lina tanpa sepengetahuan kedua orang tua
lina..
Sabtu pukul 04 sore sepulang bekerja,Lina menemuiku
di Stasiun,Aku sedang Asyik berkumpul dengan Kawan Kawan Dari FORKA,”Mas besok
Kita Jalan,Aku tunggu di rumah besok pagi,…kata Lina Sambil tersenyum ke
arahku,”Insya Allah,Besok aku jemput kamu,Jawabku..,,Setelah Makan Bakso Di
kantin Stasiun Aku memanggil taksi dan membiarkan lina pulang sendiri sore
itu,lalu Aku kembali menemui teman”ku di peron Stasiun Membahas Acara pertemuan
tahuan yang sudah berjalan di Forum
Komunitas yang Aku ikuti.
Minggu
Pagi,Aku Meluncur Ke Harapan Baru,Untuk
menjemput lina.Sesampainya Di sana
Rumah megah itu Nampak sepi Aku tak melihat Lina,Dengan perasaan Ragu
aku memberanikan diri mengucap Salam,,,Ayah lina Keluar dari balik pintu
dan berdiri Di depan Gerbang ,Aku
tertunduk dan TerDiam karena Ayah Lina tak mempersilahkan Aku Masuk,,Dengan
wajah tak secuilpun senyum orang
tua berkata, Kalau Lina sedang keluar
bersama teman kerjanya, seorang
Pengusaha yang gagah. Kemudian
sikap tak senang Ayah Lina Kembali
terdengar melalui kata-kata Tak jauh beda dengan kalimat Yang Aku dengar
beberapa tahun lalu. Masih segar dalam ingatanku apa yang mereka katakan.
"Kamu tidak pantas untuk anakku, lihat dirimu, pengangguran dan
berpendidikan rendah, tidak seperti anakku yang seorang Sarjana Ekonomi dan
juga telah berpenghasilan. Saya yakin, penghasilanmu setahun tidak akan sama
banyak dengan penghasilan anakku dalam satu bulan".Kata-kata itu seperti
sebuah sambaran Kereta yang melindas kepala korbanya hingga meremuk otak dan
tubuhnya,,,Aku pergi meninggalkan rumah itu, dan tak pernah lagi menoleh
kebelakang, dan sejak saat itu, aku tak pernah lagi mendengar khabar tentang
kekasih ku tercinta.
Aku
berusaha mengubur kenangan Bersama Lina
Cristina,Menghilangkan jejak dari semua kenangan kenangan
bersamanya,melupakan Semua kejadian yang pernah Aku Alami bersama Dia..Sampai
akhirnya Aku menetap Di tegal,berbekal keahlianku sebagai seorang instalatir
Aku bekerja menjadi Pelaksana Di PLN persero di tegal,,empat tahun Aku
menjalani profesiku menjadi
pelaksana,Dan aku Berhasil membangun rumah Tangga kecil ,tinggal di
rumah Hasil keringat ku sendiri bersama Istriku…
Waktu berlalu,Aku merasa Kangen Suasana
Jakarta,Rindu Aroma cerobong Asap kereta,,Hingga pada Suatu hari Aku sengaja
menghadiri acara Hari Ulang Tahun FORKA yang biasa di Adakan di stasiun
Bekasi,,,,Agenda tahunan ini Biasa Di isi Oleh Band Band Terkenal dari
Jakarta,karena yang berkumpul di komunitas ini kebanyakan dari Musisi mantan
pengamen KRL jabodetabek…Setelah Acara Selesai aku Masuk ke ruang Tunggu Tiket
Dan duduk di antara Penumpang yang
sedang menunggu keberangkatan Kereta,,
Mataku tertuju pada sepasang
orang tua sedang duduk di Antara Calon penumpang,.Aku mengenalinya dan
sepertinya mereka juga mengenali
Aku.
Dan benar saja, Saat aku beranjak meninggalkan tempat itu, kedua orang tua itu mengikuti saya dari belakang. Tiba tiba mereka memanggil saya, "Nak tunggu sebentar". Saya berhenti, tapi tidak berbalik, karena luka hati saya sepertinya masih menganga lebar. "Ada apa bapak mengikuti dan memanggil saya, Tanyaku tanpa berbalik.
"Aku mengenalmu, bukankah kamu dulu yang mencintai Lina anakku". Tanya orang tua itu "Bukan, mungkin bapak salah orang" jawabku "Berbaliklah, biarkan aku melihat wajah mu" kata orang tua itu Aku berbalik, "Bukan, itu bukan aku" jawabku "Tidak mungkin, aku mengenalmu dan yakin itu kamu" katanya lagi "Mungkin bapak salah Orang.Jawabku.
Mendengar perkataan ku, kedua orang tua itu menangis dan berpelukan. "Kami bukan memohon untuk kamu kembali pada anakku, tetapi saya cuman ingin menyampaikan khabar bahwa, sejak kepergianmu, anak kami sakit, sudah kami obati keberbagai tempat ,tetapi tetap saja tidak bisa mengobatinya. Kurang makan, banyak diam dan melamun, dan hanya terus memandangi fotomu, cuman itu yang ingin kami sampaikan".
Kami telah lama mencarimu, kami yakin yang bisa mengobati anak kami hanya kamu. Itu kami lihat dari cara ia menatap foto mu, sorot mata kerinduan yang teramat besar terhadapmu. Kami merasa bersalah telah memisahkan kalian, selama 4 tahun kami mencarimu, tetapi tidak menemukan keberadaan kamu.
Mendengar perkataan itu saya tertunduk, kemudian saya berbalik dan meninggalkan kedua orang tua itu.
Setiap hari saya terbayang tentang kondisi mantan kekasih ku kini, yang kutinggalkan tanpa mengucapkan kata selamat tinggal. hingga mulai muncul rasa bersalah dalam diriku. Kemudian kuputuskan untuk menemuinya dengan harapan ia bisa sembuh. Tetapi di sisi lain, aku memikirkan Keluarga kecil yang aku tinggalkan di kampung halamanku,.. Lama aku pertimbangkan akhirnya aku menuju rumah kekasih ku dulu, ku tekan bel rumahnya, tampak pembantunya membukakan pintu, kemudian mempersilahkan aku masuk. Tidak lama datanglah kedua orang tua mantan pacarku. tak lagi nampak di mata mereka sebuah sikap seperti dulu, tetapi kejadiannya berbanding terbalik, kini terlihat senyum bahagia di wajah mereka.
"Terima kasih telah datang" kata mereka. "Aku datang hanya untuk berpamitan pada anak bapak" jawabku Mendengar perkataanku, kini senyum itu hilang dari wajah mereka. "Temuilah ia di taman belakang" sambung orang tua itu. Aku lalu berdiri dan menuju taman belakang rumah. Sampai di pintu belakang orang tua itu berhenti dan begitupun denganku. Terlihat seorang gadis duduk dan menatapi sebuah foto tanpa henti, sesekali kulihat ia menghapus air mata.
Orang tua itu lalu memintaku menghapiri anaknya, dan Aku dengan langkah sedikit mulai mendekat kearah gadis itu. Setelah berada di belakang gadis itu aku melihat dan memperhatikan apa yang sedang Lina pandangi. Ternyata foto kami berdua. "Hai Lina..." sapa ku dengan suara ku agak lrih. Lina berbalik, dan terkejut saat melihatku. Dan tanpa berkedip, ia telah memelukku, keras sekali, sangat keras pelukan itu hingga membuat ku sesak. Kemudian Di susul dengan tangisan yang luar biasa. Seperti sebuah tangisan yang telah tertahan selama ribuan tahun.
Dari pelukan itu aku merasakan sebuah kerinduan yang begitu besar. Lalu aku menatap ke arah kedua orang tua yang berdiri di pintu belakang yang terus memandangi kami juga menangis. Sebuah tangisan kegembiraan melihat anaknya bisa melepaskan kerinduan.
Lama Lina memelukku dan mulai terasa pelukan itu sedikit ringan, tidak lagi sekeras tadi. Kemudian terdengar suaranya sangat kecil dan di barengi isapan tangisan, "Mas dari mana ?, mengapa Mas pergi tanpa kabar, mengapa Mas sepertinya tidak mau lagi peduli dengan Lina, mengapa Mas meninggalkan Lina sendirian". Pertanyaan itu begitu menyakitkan, sepertinya Lina tidak tau masalah yang terjadi. Aku hanya diam, dan mencoba melepaskan pelukannya, namun sepertinya kerinduan itu belum juga habis. Lama dia memelukku hingga kini aku mulai merasakan bahwa kerinduan itu benar-benar telah ditumpahkan. Dan kini ia mulai bisa mengendalikan emosi. Lina melambai pada orang tuanya, dan meminta mereka untuk menghampiri kami. Kemudian mengajak kami duduk di kursi taman itu. Lina duduk dekat sekali padaku, mungkin karena sisa-sisa kerinduannya masih ada.
"Sebenarnya, maksud kedatanganku kemari hanya untuk berpamitan" kataku, memulai pembicaraan. "Apa ?, kenapa Setelah lama pergi meninggalkan ku,kini mas datang, kemudian pergi lagi!" Kata Lina terlihat kaget. "Sebenarnya kedatangan ku hanya untuk meminta kamu bisa melupakan aku dan hidup normal" Jawabku dengan ragu. "Nak, kami merestui kalian, dan kami bisa menikahkan kalian dengan segera" kata bapak Ayah lina"Aku tidak bisa menikahi putri bapak" jawabku dengan wajah tertunduk "Kenapa Mas tidak bisa menikahi aku, apa kakak sudah punya gadis lain" tanya Lina mendesak "Jujur saja, aku telah menikah " jawabku Sontak Lina kaget dan menangis histeris kemudian memelukku dengan keras "Aku tidak rela, mas menikah dengan orang lain, kenapa Mas tidak menikahi aku" sambung Lina sambil menangis "Jodoh itu di tangan tuhan, dan kita hanya bisa berupaya" kataku mencoba menenangkan. Saya tak ingin menceritakan kejadian 4 tahun silam tentang perlakuan orang tuanya, agar mereka tidak salah paham. Dan dalam hatiku berkata, seandainya kejadian ini terjadi 4 tahun yang lalu mungkin ceritanya akan lain dan akan berakhir bahagia. Mendengar perkataan ku, kulihat wajah penyesalan dari raut wajah kedua orang tua itu, dan terlihat kesedihan mendalam melihat kondisi putri tunggal nya yang patah hati. "Aku ingin engkau hidup normal, dan aku yakin ada cinta buat kamu di dunia ini yang lebih baik dari aku" kataku mencoba menghibur. Lama kami terdiam, lalu Aku berdiri, "jika engkau mencintai aku, carilah cinta sejati mu, karena aku akan bahagia, melihat mu bahagia". Kemudian aku permisi. Mereka bertiga mengantarku sampai ke gerbang pagar rumah megah itu. Ku salami mereka bertiga, terlihat ketidak relaan terutama pada kekasih dulu, kekasih Sarjana Ekonomi, seorang pengamen ,pekerja serabutan. Aku berjalan menjauh dan sama seperti dulu, saat aku di usir, aku tak pernah berbalik dan berkata dalam diri "Yang kutinggalkan adalah masa laluku yang terlupakan.
Dan benar saja, Saat aku beranjak meninggalkan tempat itu, kedua orang tua itu mengikuti saya dari belakang. Tiba tiba mereka memanggil saya, "Nak tunggu sebentar". Saya berhenti, tapi tidak berbalik, karena luka hati saya sepertinya masih menganga lebar. "Ada apa bapak mengikuti dan memanggil saya, Tanyaku tanpa berbalik.
"Aku mengenalmu, bukankah kamu dulu yang mencintai Lina anakku". Tanya orang tua itu "Bukan, mungkin bapak salah orang" jawabku "Berbaliklah, biarkan aku melihat wajah mu" kata orang tua itu Aku berbalik, "Bukan, itu bukan aku" jawabku "Tidak mungkin, aku mengenalmu dan yakin itu kamu" katanya lagi "Mungkin bapak salah Orang.Jawabku.
Mendengar perkataan ku, kedua orang tua itu menangis dan berpelukan. "Kami bukan memohon untuk kamu kembali pada anakku, tetapi saya cuman ingin menyampaikan khabar bahwa, sejak kepergianmu, anak kami sakit, sudah kami obati keberbagai tempat ,tetapi tetap saja tidak bisa mengobatinya. Kurang makan, banyak diam dan melamun, dan hanya terus memandangi fotomu, cuman itu yang ingin kami sampaikan".
Kami telah lama mencarimu, kami yakin yang bisa mengobati anak kami hanya kamu. Itu kami lihat dari cara ia menatap foto mu, sorot mata kerinduan yang teramat besar terhadapmu. Kami merasa bersalah telah memisahkan kalian, selama 4 tahun kami mencarimu, tetapi tidak menemukan keberadaan kamu.
Mendengar perkataan itu saya tertunduk, kemudian saya berbalik dan meninggalkan kedua orang tua itu.
Setiap hari saya terbayang tentang kondisi mantan kekasih ku kini, yang kutinggalkan tanpa mengucapkan kata selamat tinggal. hingga mulai muncul rasa bersalah dalam diriku. Kemudian kuputuskan untuk menemuinya dengan harapan ia bisa sembuh. Tetapi di sisi lain, aku memikirkan Keluarga kecil yang aku tinggalkan di kampung halamanku,.. Lama aku pertimbangkan akhirnya aku menuju rumah kekasih ku dulu, ku tekan bel rumahnya, tampak pembantunya membukakan pintu, kemudian mempersilahkan aku masuk. Tidak lama datanglah kedua orang tua mantan pacarku. tak lagi nampak di mata mereka sebuah sikap seperti dulu, tetapi kejadiannya berbanding terbalik, kini terlihat senyum bahagia di wajah mereka.
"Terima kasih telah datang" kata mereka. "Aku datang hanya untuk berpamitan pada anak bapak" jawabku Mendengar perkataanku, kini senyum itu hilang dari wajah mereka. "Temuilah ia di taman belakang" sambung orang tua itu. Aku lalu berdiri dan menuju taman belakang rumah. Sampai di pintu belakang orang tua itu berhenti dan begitupun denganku. Terlihat seorang gadis duduk dan menatapi sebuah foto tanpa henti, sesekali kulihat ia menghapus air mata.
Orang tua itu lalu memintaku menghapiri anaknya, dan Aku dengan langkah sedikit mulai mendekat kearah gadis itu. Setelah berada di belakang gadis itu aku melihat dan memperhatikan apa yang sedang Lina pandangi. Ternyata foto kami berdua. "Hai Lina..." sapa ku dengan suara ku agak lrih. Lina berbalik, dan terkejut saat melihatku. Dan tanpa berkedip, ia telah memelukku, keras sekali, sangat keras pelukan itu hingga membuat ku sesak. Kemudian Di susul dengan tangisan yang luar biasa. Seperti sebuah tangisan yang telah tertahan selama ribuan tahun.
Dari pelukan itu aku merasakan sebuah kerinduan yang begitu besar. Lalu aku menatap ke arah kedua orang tua yang berdiri di pintu belakang yang terus memandangi kami juga menangis. Sebuah tangisan kegembiraan melihat anaknya bisa melepaskan kerinduan.
Lama Lina memelukku dan mulai terasa pelukan itu sedikit ringan, tidak lagi sekeras tadi. Kemudian terdengar suaranya sangat kecil dan di barengi isapan tangisan, "Mas dari mana ?, mengapa Mas pergi tanpa kabar, mengapa Mas sepertinya tidak mau lagi peduli dengan Lina, mengapa Mas meninggalkan Lina sendirian". Pertanyaan itu begitu menyakitkan, sepertinya Lina tidak tau masalah yang terjadi. Aku hanya diam, dan mencoba melepaskan pelukannya, namun sepertinya kerinduan itu belum juga habis. Lama dia memelukku hingga kini aku mulai merasakan bahwa kerinduan itu benar-benar telah ditumpahkan. Dan kini ia mulai bisa mengendalikan emosi. Lina melambai pada orang tuanya, dan meminta mereka untuk menghampiri kami. Kemudian mengajak kami duduk di kursi taman itu. Lina duduk dekat sekali padaku, mungkin karena sisa-sisa kerinduannya masih ada.
"Sebenarnya, maksud kedatanganku kemari hanya untuk berpamitan" kataku, memulai pembicaraan. "Apa ?, kenapa Setelah lama pergi meninggalkan ku,kini mas datang, kemudian pergi lagi!" Kata Lina terlihat kaget. "Sebenarnya kedatangan ku hanya untuk meminta kamu bisa melupakan aku dan hidup normal" Jawabku dengan ragu. "Nak, kami merestui kalian, dan kami bisa menikahkan kalian dengan segera" kata bapak Ayah lina"Aku tidak bisa menikahi putri bapak" jawabku dengan wajah tertunduk "Kenapa Mas tidak bisa menikahi aku, apa kakak sudah punya gadis lain" tanya Lina mendesak "Jujur saja, aku telah menikah " jawabku Sontak Lina kaget dan menangis histeris kemudian memelukku dengan keras "Aku tidak rela, mas menikah dengan orang lain, kenapa Mas tidak menikahi aku" sambung Lina sambil menangis "Jodoh itu di tangan tuhan, dan kita hanya bisa berupaya" kataku mencoba menenangkan. Saya tak ingin menceritakan kejadian 4 tahun silam tentang perlakuan orang tuanya, agar mereka tidak salah paham. Dan dalam hatiku berkata, seandainya kejadian ini terjadi 4 tahun yang lalu mungkin ceritanya akan lain dan akan berakhir bahagia. Mendengar perkataan ku, kulihat wajah penyesalan dari raut wajah kedua orang tua itu, dan terlihat kesedihan mendalam melihat kondisi putri tunggal nya yang patah hati. "Aku ingin engkau hidup normal, dan aku yakin ada cinta buat kamu di dunia ini yang lebih baik dari aku" kataku mencoba menghibur. Lama kami terdiam, lalu Aku berdiri, "jika engkau mencintai aku, carilah cinta sejati mu, karena aku akan bahagia, melihat mu bahagia". Kemudian aku permisi. Mereka bertiga mengantarku sampai ke gerbang pagar rumah megah itu. Ku salami mereka bertiga, terlihat ketidak relaan terutama pada kekasih dulu, kekasih Sarjana Ekonomi, seorang pengamen ,pekerja serabutan. Aku berjalan menjauh dan sama seperti dulu, saat aku di usir, aku tak pernah berbalik dan berkata dalam diri "Yang kutinggalkan adalah masa laluku yang terlupakan.
mengharukan juga ya ceritanya..hiks..
ReplyDelete