Puisi Cinta raja ngalengka
Aku
memaknaimu bunga yang terjaga,
oleh ksatria perkasa mempesona,
Sang Rama Wijaya.
Tapi tercelakah aku memimpikanmu?
bukan untuk menyentuh paras bidadarimu,
bukan pula memelukmu di malam syahdu.
Aku tak ingin menghitamkan cinta putihmu,
aku hanya menunggu sesaat khilafmu.
oleh ksatria perkasa mempesona,
Sang Rama Wijaya.
Tapi tercelakah aku memimpikanmu?
bukan untuk menyentuh paras bidadarimu,
bukan pula memelukmu di malam syahdu.
Aku tak ingin menghitamkan cinta putihmu,
aku hanya menunggu sesaat khilafmu.
Tahukah
kau bunga?
telah kupelangikan rambut ikalmu,
hingga berhelai-helai warnanya,
menyeruak dalam-dalam di sukmaku,
menghujam rimbun di hati bagai serumpun bambu.
Karena kau adalah permata berbias sinar surga,
siapa yang tak tergoda memilikinya,
walau harus kucuri bertaruh nyawa.
telah kupelangikan rambut ikalmu,
hingga berhelai-helai warnanya,
menyeruak dalam-dalam di sukmaku,
menghujam rimbun di hati bagai serumpun bambu.
Karena kau adalah permata berbias sinar surga,
siapa yang tak tergoda memilikinya,
walau harus kucuri bertaruh nyawa.
Jika
sudi melihatku,
jangan lihat dengan mata lentikmu,
karena hanya akan kau dapati sang durjana,
raksasa penebar prahara,
tapi lihatlah aku dengan rasamu,
dan akan kau temukan Rahwana dengan cintanya,
Karena bagaimanapun juga,
akulah raja Alengka,
yang hendak membahagiakanmu dalam istana kasihku.
jangan lihat dengan mata lentikmu,
karena hanya akan kau dapati sang durjana,
raksasa penebar prahara,
tapi lihatlah aku dengan rasamu,
dan akan kau temukan Rahwana dengan cintanya,
Karena bagaimanapun juga,
akulah raja Alengka,
yang hendak membahagiakanmu dalam istana kasihku.
No comments:
Post a Comment