Oleh : Abdoel Munawar
Baru kemarin Aku melewati jala n ini bersamamu
dengan irama derap langkah se irama
Perlahan namun terasa menyenan gkan.
Sendiri kucoba mengulang langk ah kita
Namun Jalan ini terasa begitu gelap
Hingga sedikitpun tak nampak b ayangan
untuk tiap jengkal dari jejak tapak kakiku sendiri
Ku baca lagi kisah dalam keaba dian senja,
Seindah rona jingga di atas bu kit teranggunangsi
Berkali mengusap kening tanpa peluh ,
Kusadari Angin takkan pernah m ampu memeluk waktu
Aku melangkah ragu dalam bisu.
Sambil sesekali bersiul mengus ir kebekuan hati.
Saat Luapan perasaan duka tak mampu lagi terlukiskan oleh ba ris Puisi
Sejenak ku petik angin yang me nari
Namun awan lepuh yang jatuh me nghapus semua Kenanganku
Merah memudar jingga pun membu yar
“menyesal”....
Terlalu lama aku tak melewati
Jalan ini
MAHKOTA KU PRASASTI KEBENCIAN
Oleh: Abdoel Munawar
Kemarin....
Ku reguk madu madu merdu
Lantunan dawai bidadari bermahkota mutiara
Syairnya meluluhkan gumpalan darahku
Menggetarkan sendi sendi pribadiku
Hingga bumi yang kupijak
Seakan tuli tanpa kata kata
Malam tadi...
Saat angin turun bersama kabut
yang menyisakan tetesan bayu braja
Madu madu mulai mengering dalam cawan
Dawai merdu meredup lengang
Tersapu kabut,menembus gumpalan darah
menyisakan luka
Dan bidadari berlalu tanpa kata kata
Hari ini......
Ku mengingat bias dari tiap syair bidadari
Bayang mutiara yang memudar
Di atas bumi yang ku pijak
Cawan cawan terisi penuh dengan embun kepedihan..
Ku mereguknya sebagai masa lalu tanpa kata kata
Dan menyimpanya sebagai mahkota prasasti
Ku kenang menjadi
Kepingan DARAH HITAM KEBENCIAN....
No comments:
Post a Comment